Dibicarakan Teman Pesantren Tiap Ngompol, Bilal Merasa Minder
Sejak kecil Muhammad Bilal (14 tahun) tak menyadari jika seringnya ia mengompol di malam hari merupakan penyakit yang cukup serius. Doker memvonis dirinya menderita enuresis (ketidakmampuan dalam mengendalikan keluarnya urine sehingga urine keluar tanpa disengaja).
Hingga di usianya saat ini, remaja yang kerap disapa Bilal masih sering mengompol di malam hari. Tak ayal, ia sering merasa minder dan malu ketika teman-teman di pondok pesantren tempatnya menimba ilmu agama dan menghafalkan Al-Qur’an membicarakannya.
Tahun ini Bilal duduk di bangku kelas satu SMA di pondok Pesantren Yatama dan Dhu’afa Az-Zikra, Depok, Jawa Barat. Sejak SMP hingga kini Maesaroh (35 tahun/Ibu) menitipkan putranya di pondok pesantrean dengan harapan agar kelak putranya menjadi hafidz Qurán dan bermanfaat di tengah-tengah masyarakat untuk mendakwahkan ajaran Islam.

(Bilal Idap Enuresis)
Semenjak berpisah dengan suami, Maesaroh seorang diri mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Maesaroh memiliki dua putra dan satu putri, Bilal merupakan anak tertua. Kondisi Bilal yang masih sering ngompol terlebih di pondok pesantren mengharuskannya membawa alas tidur sendiri agar tidak mengotori kamar.
Hampir setiap pagi/dini hari Bilal membersihkan alas tidurnya yang selalu basah karena diompoli. Meski kini teman-teman Bilal di pondok pesantren sudah memahami kondisinya, sang ibu masih marasa tak tega melihat putranya menjalani hari-hari seperti itu, ia pun beriktiar untuk membawa putranya berobat guna mencari kesembuhan.
“Ikhtiar terus saya jalani, hingga Bilal sembuh total,” ujar Maesaroh.
Sang ibu rutin menjemput Bilal ke pesantren sekali dalam sepekan untuk membawanya menjalani pengobatan dan terapi ke klinik alternatif yang ada di Kecamatan Tapos, Kota Depok. Terhitung sudah tujuh bulan Bilal menjalani terapi alternatif.
Perkembangan yang cukup signifikan mulai terlihat, intensifitas Bilal mengompol mulai berkurang. “Dulu hampir setiap malam pasti ngompol, Alhamdulillah sekarang ngompol Bilal hanya sekali dalam sepekan,” sambung Maesaroh.
Maesaroh mengungkapkan jika terapi dan pengobatan Bilal masih berlanjut, sebab terapis di klinik tersebut belum bisa memprediksi kapan Bilal akan sembuh total dari penyakit enuresis. Bilal masih harus rutin kontrol setiap pekan agar kondisinya benar-benar membaik.
Namun, kondisi keuangan Maesaroh sedang memburuk. Usaha laundry yang sempat ia jalani terpaksa terhenti akibat pandemi. Ia sering meminjam uang kepada teman dan tetangga untuk membawa Bilal terapi. Mantan suami masih rutin memberi uang setiap bulan untuk anak-anaknya, namun jumlah yang diberikan tidak banyak, hanya cukup untuk kebutuhan mereka sehari-hari.
Untuk mengurangi beban keluarga Maesaroh, Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) mengajak kaum Muslim bersedekah melalui program Sedekah Kemanusiaan (SK) sehingga Bilal dapat terus terapi dan utang untuk biaya Bilal terapi terlunasi.
Semoga kita semua mendapat pahala berlimpah dari Allah SWT karena telah membantu sesama. Aamiin.[]
Sedekah yang Diperlukan:
Rp.32.000.000
Mitra Lapangan:
Wahyu
#BWA #InovasiWakaf #SK #SedekahKemanusiaan