Mengantarkan Hidayah dan Bina Para Muallaf di Pelosok Pinrang
Memang penduduk Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, mayoritas beragama Islam (97,27 persen), namun di desa-desa tertentu justru Muslimnya yang minoritas. Salah satunya di Desa Mattaro Deceng, Kelurahan Betteng, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang, Sulsel.
Namun demikian, dalam dua puluh tahun terakhir di desa tersebut banyak warga non-Muslim yang masuk Islam, disebabkan karena keinginan sendiri, menikah, dan masuk Islam di perantauan, dan lain-lain. Karena kurangnya dakwah, kehidupan mereka tak jauh berbeda dengan warga non-Muslim. Suka mabuk, tak pernah/jarang sekali shalat Jumat, dan banyak babi berkeliaran.
Karena itulah, pada tahun 2019 Ustadz Umar dan tim berinisiatif membina mereka. Ustadz Umar berkesimpulan, selain minimnya dakwah, yang membuat mereka kesulitan beribadah juga karena tinggal berpencar di rumah yang saling berjauhan. Maka di tahun yang sama, mereka pun direlokasi ke perkampungan baru yang diberi nama Kampung Muallaf Darussalam.

(Medan Terjal yang Harus Dilewati oleh Ustadz Umar)
“Jumlah muallaf pada saat itu sekitar 25 KK, dan direlokasi atas permintaan mereka ke suatu lahan perkebunan yang disiapkan untuk perkampungan muallaf,” ujar alumnus IAIN Pare-Pare (2021) tersebut.
Menurut alumnus Madrasah Aliyah Negeri Pinrang (2013) setidaknya ada tujuh alasan yang membuat mereka pindah ke perkampungan Muallaf. Pertama, mereka merasa risih dengan banyaknya babi berkeliaran bahkan tak sedikit masuk perkarangan rumahnya. Maklumlah mayoritas warga desa tersebut non-Muslim dan umumnya memelihara babi.
Kedua, jika ada hajatan seperti minta didoakan, syukuran, aqiqah, akad nikah, mereka harus datang ke kampung Muslim yang jauh untuk memanggil Pak Imam Masjid. Ketiga, ketika ada yang meninggal juga seperti itu, harus mendatangkan Muslim dari jauh untuk menangani prosesi penguburan mayit.
Keempat, lokasi shalat Jumat yang sangat jauh karena harus ke kampung Muslim. Kelima, mereka ingin shalat berjamaah, shalat Tarawih namun tak ada tempat karena rumah mereka terpencar dan saling berjauhan.
Keenam, para Muallaf dan anak-anaknya ingin sekali belajar mengaji, shalat dengan benar dan lain-lainnya, tapi tak ada Ustadz yang mengajarkannya.
Ketujuh, lahan tempat tinggal mereka juga sebenarnya hanyalah pinjaman, bukan milik sendiri. Jadi, sama sekali tak keberatan kalau ditinggalkan.

(Kampung Muallaf Pinrang)
“Atas dasar itulah mereka ingin pindah agar mudah mereka dalam belajar agama dan beribadah. Sejak itu pulalah dakwah (secara intensif) dimulai,” ungkap lelaki kelahiran Karajo, Pinrang, 5 Mei 1994.
Setelah dua tahun dibina secara intensif, ada perubahan yang signifikan. Yang tadinya sama sekali tidak kenal huruf dalam Al-Qur’an, kini mereka sudah mulai rajin membaca. Sudah terbiasa pula terbiasa pula dalam menjalankan ibadah terutama shalat lima waktu secara berjamaah di masjid, antusias dalam belajar membaca Al-Qur'an, dan ibadah-ibadah yang lain. “Yang paling mengharukan adalah suasana pada bulan Ramadhan,” bebernya.

(Pembinaan untuk Ibu-ibu di Kampung Muallaf)
Bukan Hanya Darussalam
Selain membina Kampung Muallaf Darussalam, Ustadz Umar dan tim pun membina beberapa desa dan kampung lainnya. “Para dai mendiami masing-masing satu kampung saja, dari beberapa kampung yang dihuni para muallaf,” ujarnya.
Waktu tersingkat sekali dakwah di satu kampung itu sekitar dua hari. Waktu yang lama sekitar lima hari dalam sepekan bahkan tak jarang 25 hari dalam sebulan.
Salah satu masyarakat muallaf yang perubahannya sangat signifikan adalah masyarakat Desa Lembang Mesakada. Meskipun tidak secara 100 persen, setidaknya sudah 90 persen warga binaan yang sudah mengamalkan dakwah.

(Antusiasme Anak-anak dalam Belajar Al-Qur’an)
Di antaranya, semakin bertambah banyak ibu-ibu dan remaja perempuan mengenakan kerudung, semakin banyak bapak-bapak yang meninggalkan minuman keras. Selain itu, mereka pun kini sudah semakin paham makanan yang halal dan bagaimana menyembelih yang benar.
Uslub Dakwah
Adapun teknik (uslub) dakwah yang dilakukan Ustadz Umar dan tim adalah mencari hal bahasan yang menarik perhatian warga, untuk kemudian pembahasannya diarahkan ke sudut pandang Islam. Lalu memotivasinya agar mempelajarinya lebih intensif.
“Setelah itu, mencari waktu yang sangat baik untuk menyampaikan dakwah karena mengingat aktivitas masyarakat sebagai petani, tidak terlalu memaksakan masyarakat untuk langsung mengamalkan seluruh apa yang disampaikan, akan tetapi terus mendampingi masyarakat dalam menjalankan ibadah,” bebernya.
Dakwah juga kadang tidak mengumpulkan warga di masjid, tetapi mendatangi warga ke rumah masing-masing sambil ngobrol santai soal agama. “Biasa kalau di rumah mereka lebih mudah terbuka dan banyak bertanya dibanding di masjid yang formal, juga kadang di kebun-kebun mereka,” bebernya.
Selain membina sesama Muslim, Ustadz Umar dan timnya juga melayani diskusi dengan non-Muslim. Hasilnya, ada saja non-Muslim yang tercerahkan dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Selama 2021 saja, setidaknya ada 16 non-Muslim yang masuk Islam berkat dakwahnya Ustadz Umar dan tim.
Kendala
Kendala yang dialami Ustadz Umar dan timnya adalah mobilitas dari rumah ke kantong-kantong dakwah, maupun dari kantong dakwah yang satu ke kantong dakwah lainnya.
“Kami memang kadang berpindah dari satu kampung ke kampung yang lain untuk memberikan dakwah, jalan yang hanya tanah, pendakian dan tebing-tebing yang curam, serta motor yang sudah sangat tua yang dimiliki beberapa dai. Saya sendiri, Umar, tak punya motor, hanya menumpang kadang ke warga jika ingin berdakwah di kampung sebelah,” bebernya.
Untuk mendukung dakwah Ustadz Umar dan timnya, Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) mengajak kaum Muslim berwakaf dua unit sepeda motor trail melalui program Wakaf Khusus Dakwah (WKD).
Dengan menggunakan motor dakwah tersebut, Ustadz Umar bertekad akan semakin mengintensifkan dakwah. “Dakwah akan semakin diinsentifkan ke kampung-kampung sebelah, apalagi sekarang menjelang bulan Ramadhan, masih banyak warga yang belum tersentuh dakwah, khsusus di Pegunungan Opang dan Suppirang yang sangat terpencil,” tekadnya.
Dengan turut berwakaf, semoga kita mendapat pahala dari setiap deru mesin motor wakaf yang kelak digunakan Ustadz Umar dan tim untuk berdakwah. Aamiin.[]
Nilai Wakaf yang Dibutuhkan:
Rp.145.000.000
Partner Lapangan:
Ustadz Umar
#BWA #InovasiWakaf #WKD #WakafKhususDakwah #MotorDakwah #Pinrang