puluhan tahun masyarakat pedukuhan gunung kelir kesulitan air bersih


Puluhan Tahun Masyarakat Pedukuhan Gunung Kelir Kesulitan Air Bersih

Kulon Progo adalah sebuah Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten di Bantul Timur. Nama Kulon Progo memiliki arti yaitu sebelah barat sungai progo. Di Kabupaten tersebut ada sebuah desa yang bernama Pedukuhan Gunung Kelir.

Dukuh Gunung Kelir merupakan pedukuhan yang letaknya diantara bukit-bukit pada Kabupaten Kulon Progo, dimana penduduk di Dukuh Gunung Kelir ini mayoritas adalah non muslim. Kota terdekat untuk menuju Dukuh Gunung Kelir adalah Kota Yogyakarta dan dibalik Candi Borobudur, jarak tempuh yang harus didalui dengan perjalanan darat sekitar 3-4 jam dari Kota Yogyakarta untuk bisa sampai di Dukuh Gunung Kelir. Dan berjarak sekitar 50 Km dari Pusat Ibukota Kabupaten Kulon Progo. Kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat di Dukuh Gunung Kelir sudah puluhan tahun dirasakan, karena mereka tidak mendapatkan akses sumber air yang ada dikarenakan kebijakan pengelolaan air yang tidak merata. Pedukuhan Gunung Kelir ini merupakan satu-satunya dukuh yang dihuni oleh penduduk mayoritas muslim dan di pedukuhan lain mayoritas beragama Budha.

(Sumber Air yang Biasa Dimanfaatkan oleh Warga)

Masyarakat Pedukuhan Gunung Kelir yang tinggal di daerah perbukitan ini biasanya selain mereka menggunakan atau mendapatkan air dari air hujan (saat musim hujan tiba), ada juga yang memanfaatkan sumur dangkal (sumur buatan) dengan kedalaman 2-3 meter yang ada dibeberapa titik (dijadikan sarana umum) yang dapat digunakan secara bersama-sama oleh masyarakat pedukuhan Gunung Kelir ini, dan ada juga beberapa masyarakat mendapatkan air dengan berjalan kaki untuk mencari daerah/tempat yang dilalui oleh air resapan yang sumbernya dari pepohonan serta bebatuan di daerah perbukitan. Namun, air yang ada tersebut masih belum cukup untuk mencukupi kebutuhan air mereka sehari-hari. Hingga akhirnya terpaksa untuk menjemput dan membeli air ke bawah atau turun ke daerah yang lebih rendah dengan berjalan kaki kurang lebih 1 kilometer.

(Sumur Dangkal/Buatan)

Hasil survey yang dilakukan tim BWA melihat sumber air yang ada jaraknya kurang lebih 1,5 km dari rumah penduduk. Saat melakukan survey tersebut tim menemukan sumber air yang ada di pedukuhan tersebut namun air yang keluar sangat kecil dan itu sudah dimanfaatkan untuk wisata Gunung Gajah.

(Warga Terpaksa Membeli Air untuk Kebutuhan Sehari-hari)

Rencana Project

Rencana yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah di Gunung Kelir ini adalah sebagi berikut:

  1. Sosialisasi ke masyarakat dukuh Gunung Kelir akan pentingnya penghematan dan    pemerataan pada musim kemarau.
  2. Pembuatan satu buah sumur bor dengan kedalaman 100 meter dan sebelumnya akan dilakukan tes geolistik terlebuh dahulu.
  3. Membangun bak penampungan dukuh dengan kapasitas 30 m2.
  4. Penarikan (gali dan tanam) Pipa HDPE sepanjang dimulai dari bak induk ke RT 32 dan RT 33 dan pemasangan pipa PVC ke setiap rumah.

BWA mengajak kepada kaum Muslimin dan Muslimat untuk bersama membantu kesulitan air bersih yang ada di Gunung Kelir, Kabupaten Kulon Progo, DIY. Semoga dengan keluarnya air bersih di Gunung Kelir menjadi pahala jariyah bagi para wakif sekalian. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.

 

Nilai Wakaf yang Dibutuhkan:

Rp.895.300.000

Partner Lapangan:

Pak Sukir

 

#BWA #InovasiWakaf #WAFP #WaterActionforPeople #WakafSaranaAirBersih

 

Selasa, 01 November 2022
Update #1: Titik Air Didapatkan, InsyaAllah Tidak Lama Lagi Warga Gunung Kelir Dapatkan Air Bersih

Rona bahagia nampak terlihat dari wajah Pak Tupan dan Pak Sukir, saat menyambut kedatangan tim BWA di lokasi. Kedua tokoh tersebut adalah orang yang selama ini mendampingi tim BWA dalam melakukan survey maupun dalam berdialog dengan masyarakat. Tujuan kegiatan tim BWA kali ini adalah melakukan tes geolistrik untuk menemukan titik bor yang paling baik baik debit airnya maupun kedalamannya.

Saat tim datang, beliau berdua sudah bersiap di rumah Pak Sukir untuk menyambut kami. Sebelumnya, keputusan untuk mencari titik bor ini muncul karena beberapa sumber mata air atau sendang yang dimiliki warga tidak diperbolehkan untuk dimanfaatkan oleh warga karena mitos yang berkembang ditengah masyarakat.

(Koordinasi dengan Warga Sekitar)

“Ada kepercayaan di masyarakat, tidak diperbolehkan ambil air di sendang/mata air. Di mana mereka percaya bahwa di sendang tersebut ada penunggunya yang akan mengganggu warga jika air sendang diambil dengan pipa dan nantinya bakal mengering. Tapi diperbolehkan jika airnya diambil menggunakan ember atau jerigen,” cerita Agil Jati, staff program BWA. 

Masyarakat Gunung Kelir mayoritas penduduknya beragama Budha dan memegang budaya jawa atau kejawen yang kuat, sehingga berbagai macam mitos dan upacara adat masih dipercaya dan dipertahankan hingga sekarang. Sementara di wilayah yang akan dibantu oleh BWA merupakan bagian wilayah Gunung Kelir dengan kondisi masyarakatnya yang mayoritas muslim, baik muslim sejak lahir maupun mualaf. Dengan kondisi ini, mengakibatkan beberapa mata air atau sendang tidak dapat dimanfaatkan karena disakralkan oleh mayoritas penduduk yang masih percaya dengan mitos tersebut.

“Untuk menghindari adanya potensi konflik dengan masyarakat, maka tim BWA memutuskan untuk melakukan pengeboran di tanah milik Bapak Senen, seorang warga muslim yang memiliki posisi tanah di titik yang paling tinggi dibandingkan rumah warga Gunung Kelir yang akan dibantu,” lanjutnya.

(Tes Geolistrik)

Proses tes geolistrik ini didampingi langsung oleh Pak Sukir, Pak Tupan, dan Pak Senen. Mereka mempersilahkan di titik manapun di tanah milik bapak Senen untuk dilakukan pengeboran, selama debit air yang dihasilkan bagus dan cukup untuk warga Gunung Kelir.

“Alhamdulillah setelah dilakukan pengetesan, ditemukan satu titik duga yang diharapkan memiliki potensi air bersih yang melimpah di tanah milik pak senen ini. Pengeboran diperkirakan mencapai 80-100 meter untuk mendapatkan sumber mata air yang melimpah. Mendengar hal itu, warga sangat senang dan berharap bisa segera direalisasikan,” tutup Agil.

 

44.62% (Terkumpul Rp. 399.519.800)
44.62%
  • Donasi yang diperlukan: Rp. 895.300.000
  • Kekurangan: Rp. 495.780.200

Mau donasi berapa?

Disclaimer

Jika hasil penggalangan dana project wakaf/donasi melebihi dari target yang dibutuhkan, maka kelebihan dana project ini akan dialihkan kepada program dan project lain di Badan Wakaf Al Qur’an berdasarkan kebijakan manajemen BWA.

Donatur

Proyek Sejenis

Bantu Ratusan Santri Ponpes Al Umri Agar Tidak Mandi di Sawah
Bantu Ratusan Santri Ponpes Al Umri Agar Tidak Mandi di Sawah
100% (Terkumpul Rp. 565.805.261)

Donasi yang dibutuhkan

Rp. 495.384.000

Rp - 0

Campaign ditutup
Di Tengah Krisis Air Bersih, Warga Dusun Damkasipau, Desa Doropeti, NTB Istiqamah Menjaga Gunung Tambora dan Berantas Pembalakan Liar
Di Tengah Krisis Air Bersih, Warga Dusun Damkasipau, Desa Doropeti, NTB Istiqamah Menjaga Gunung Tambora dan Berantas Pembalakan Liar
53% (Terkumpul Rp. 718.474.854)

Donasi yang dibutuhkan

Rp. 1.368.500.000

Rp - 650.025.146

Wujudkan Kebahagiaan Masyarakat Pedukuhan Karang Wetan I, Gunung Kidul dengan Wakaf Sarana Air Bersih
Wujudkan Kebahagiaan Masyarakat Pedukuhan Karang Wetan I, Gunung Kidul dengan Wakaf Sarana Air Bersih
43% (Terkumpul Rp. 487.349.550)

Donasi yang dibutuhkan

Rp. 1.150.950.000

Rp - 663.600.450

Bantu Wujudkan Aliran Air Bersih untuk Kampung Babakan
Bantu Wujudkan Aliran Air Bersih untuk Kampung Babakan
35% (Terkumpul Rp. 589.746.124)

Donasi yang dibutuhkan

Rp. 1.733.500.000

Rp - 1.143.753.876