Tanpa Tabung Oksigen, Wajah Bima Membengkak dan Tubuhnya Membiru
Dua tahun sudah Bima Razka Arkana (2 tahun) hidup bersama tabung oksigen lantaran bayi yang lahir prematur tersebut memiliki masalah serius dengan paru-parunya. Masalah terdeteksi ketika masih berada di dalam kandungan ibunya Yunita (19 tahun).
Pada usia kehamilan tujuh bulan, Yunita di-USG. Menurut dokter kandungan, bayi yang ada di dalam kandungan Yunita mengidap kelainan. Begitu memasuki usia kandungan ke delapan bulan, wanita tersebut mengalami pendarahan dan harus sesegera mungkin melahirkan.

(Bima Idap Hipertensi Paru-paru)
Dugaan dokter benar adanya, ketika terlahir kondisi Bima tidak seperti bayi pada umumnya, paru-parunya belum terbentuk sempurna. Ia pun segera dibawa ke ruang NICU guna mendapat penanganan yang lebih baik.
Karena paru-parunya belum terbentuk sempurna, Bima pun harus menggunakan ventilator agar dapat bertahan. Hampir dua bulan menggunakan ventilator, membuat paru-paru Bima terinfeksi, setelah ventilator dilepas Bima diharuskan menggunakan oksigen agar tubuhnya tidak cepat drop.
Tak lama kemudian, dokter mengizinkan Bima pulang dan mewajibkan menjalani rawat jalan.
Bima harus menggunakan tabung oksigen setiap hari agar ia mudah untuk bernafas dan tubuhnya tidak cepat lelah. Kini dua tahun sudah Bima tak lepas dari tabung oksigen. Kedua orang tua rutin membawanya ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaaan setiap tiga kali dalam sebulan.
Bima sempat mengalami kemajuan. Sempat bisa lepas dari penggunaan tabung oksigen, akan tetapi tidak bisa bertahan lama sebab kondisi tubuh mengalami pembengkakan dan Bima terlihat lesu.
“Saya lihat wajahnya membengkak dan badannya membiru,” ujar Yunita.
Bima langsung dilarikan ke rumah sakit. Dokter berkesimpulan Bima mengidap hipertensi paru. Mendengar vonis dokter, perasaan sang Ibu bertambah kelu sebab ia tak menyangka jika putranya haru mendapat diagnosa penyakit baru.
“Saya enggak kuat sekali melihat anak saya harus menghadapi diagnosa baru lagi, Bima sekarang harus dipasang ventilator lagi dan infus pada pembuluh darah vena,” tutur Yunita.
Kedua orang tua berusaha keras agar Bima mendapat perawatan yang baik dan bisa bisa menjadi normal seperti anak-anak yang lain. Akan tetapi mereka sangat terkendala dalam biaya yang harus dikeluarkan setiap bulannya, terlebih biaya untuk isi ulang tabung oksigen dan juga susu untuk asupan nutrisi Bima.
Adhi (38 tahun), ayahnya Bima, selama ini mengandalkan penghasilan dari pekerjaanya menjadi pengemudi ojek daring (online), penghasilan yang didapat belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan putranya, karena penghasilannya langsung habis untuk kebutuhan sehari-hari.
Untuk mengurangi beban warga Kebayoran Lama Utara, Jakarta Seatan tersebut, Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) mengajak kaum Muslim bersedekah melalui Program Sedekah Kemanusiaan (SK) sehingga Bima dapat kontrol penyakitnya secara rutin ke rumah sakit.
Semoga kita semua mendapat pahala berlimpah dari Allah SWT karena telah membantu sesama. Aamiin.[]
Sedekah yang Diperlukan:
Rp.75.400.000
Mitra Lapangan:
Wahyu
#BWA #SedekahKemanusiaan #SK