Kenzi Diuji Mikrosepalus dan Epilepsi
Meski usianya kini sudah (1,6 tahun) tahun, ukuran kepala Kenzi lebih kecil dari ukuran normal. Jangankan untuk berjalan, sekadar duduk saja ia belum mampu. Bahkan untuk tengkurap harus dibantu sang Ibu.
Keanehan memang tampak sejak kelahiran. Begitu lahir tidak ada suara tangis sedikit pun, tak seperti bayi yang baru lahir umumnya. Mendapati hal ini dokter yang membantu persalinan segera membawa Kenzi ke ruang NICU.
Ketika ada di ruang NICU terkadang Kenzi sering mengalami kejang. Dua pekan di ruang NICU kondisi Kenzi ada perkembangan, sehingga Kenzi bisa dibawa pulang.

(Kenzi Idap Mikrosefalus dan Epilepsi)
Pada bulan kelima usia Kenzi, kejang kembali menjangkiti. Kejangnya cukup lama dan sering. “Dalam sehari Kenzi bisa lima puluh tujuh kali kejang,” ujar Ima (36 tahun), ibunya Kenzi.
Mendapati bayinya kejang yang terus menerus, kedua orang tua membawa Kenzi ke salah satu rumah sakit terdekat di Jakarta Utara.
Beberapa jam menjalani perawatan di rumah sakit, kondisi Kenzi kian memburuk. Minimnya peralatan medis membuat Kenzi di rujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM Jakarta) guna mendapat penanganan yang lebih baik. Selama satu setengah bulan menjalani perawatan di RSCM dokter memvonis Kenzi mengidap epilepsi dan mikrosefalus.
Hingga sekarang, kondisi Kenzi belum terlihat ada tanda-tanda membaik. Penyakit mikrosefalus yang diderita Kenzi membuat ukuran kepala Kenzi terlihat mengecil, yang berdampak pada perkembangan otak jadi tak sempurna. Sehingga, ia belum bisa berjalan. Untuk duduk dan tengkurap Kenzi belum mampu, harus dibantu sang Ibu.
Sedangkan untuk mengurangi kejang/epilepsi Kenzi dianjurkan dokter untuk rutin terapi obat dan diberi asupan susu khusus kejang. Dua bulan menjalani terapi obat dan rutin mengonsumsi susu khusus kejang, kejang Kenzi sedikit berkurang. Namun, jika Kenzi merasa kelelahan, kejang Kenzi bisa cukup lama disertai dengan jerit tangis.
“Setelah dua bulan terapi, kejang Kenzi berkurang 50 persen, saat ini kejang Kenzi hanya 10 kali dalam sehari,” tutur sang Ibu.
Setiap dua kali dalam sepekan, Kenzi rutin menjalani fisioterapi dan sekali dalam sebulan kontrol ke dokter saraf dan ahli gizi. Kedua orang tua Kenzi merasa cukup kewalahan untuk memenuhi kebutuhan putranya, terlebih untuk mencukupi kebutuhan susu khusus kejang yang harga setiap kalengnya cukup mahal.
Pasalnya, penghasilan sang Ayah yang bekerja sebagai petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) langsung habis untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari, seperti membayar biaya sewa rumah kontrakan dan kebutuhan makan keluarga. Sang Ayah selalu memutar otak agar kebutuhan susu khusus kejang dan obat-obatan yang tidak tercakup BPJS, harus terpenuhi.
Untuk mengurangi beban keluarga Kenzi, Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) mengajak kaum Muslim bersedekah melalui Program Sedekah Kemanusiaan (SK) sehingga susu kebutuhan khusus kejang dan obat-obatan yang tak tercakup BPJS dapat terbeli.
Semoga kita semua mendapat pahala berlimpah dari Allah SWT karena telah membantu sesama. Aamiin.[]
Sedekah yang Diperlukan:
Rp.68.307.000
Mitra Lapangan:
Wahyu
#BWA #SedekahKemanusiaan #SK