Kok Makannya Ini Terus, Abi? Telur Satu Dibagi Berempat
Makan semangkuk bakso dibagi dua sudahlah sangat mewah bagi anak-anak Deni Hadiamsah (38 tahun). Karena lauk nasi yang paling sering dihidangkan untuk keempat anaknya adalah sebutir telur dibagi empat. Sedangkan dirinya sendiri, istri dan orang tuanya hanyalah nasi tanpa lauk. Agar lebih berasa, ditambahi sedikit garam.
Sempat anak-anak merengek meminta menu makanan yang lain. Salah satunya ada yang berkata, “Kok kita makannya ini terus ya, Abi? Telur satu dibagi berempat.”

(Deni, 38 tahun)
Untung saja yang paling besar mengerti dan memberi pengertian dengan mengatakan, “Iya doain aja ya Abi dan Umi bisa bangkit dari kesulitan ini.”
Begitulah keadaan ekonomi Deni yang kesehariannya berprofesi sebagai penjahit pakaian di rumahnya, Desa Sukaharja, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Penghasilannya tak menentu, bisa Rp1,2 juta per bulan itu sudah sangat tinggi. Sering kali di bawah itu.
Walhasil, Deni pun tak jarang berutang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Sampai biaya persalinan anak terakhir saya belum lunas, baru saya bayarkan setengahnya,” ujarnya.

(Keseharian Profesi Deni sebagai Penjahit)
Sedangkan istrinya, baru beberapa bulan ini mengajar ngaji anak-anak tetangga tanpa memasang tarif. Hanya infak sukarela, penghasilannya juga tak seberapa.
Untuk mengurangi beban Deni, BWA mengajak kaum Muslim menyalurkan zakat harta melalui program Zakat Peer to Peer (ZPP) sehingga ia bisa memenuhi nafkah keluarga dalam beberapa bulan ke depan sembari mencari pekerjaan yang lebih baik lagi penghasilannya. Selain itu, tentu saja kewajiban zakat para muzaki (penunai zakat) tertunaikan.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan para muzaki dengan balasan kebaikan yang berlipat ganda. Aamiin.[]
Nilai Zakat Harta yang Diperlukan:
Rp.23.000.000
Mitra Lapangan:
Ridzky Maulana
#BWA #InovasiWakaf #ZPP #ZakatPeertoPeer