Mengalami Gangguan Ginjal, Kaki Muthia Belum dapat Digerakan
Cobaan yang cukup berat harus diterima Muthia Ni’mah Yasin (13 tahun) yang akrab disapa Muthia oleh teman-temannya. Muthia tidak menyangka jika demam yang ia rasakan naik turun pada awal September 2022 lalu bukanlah demam umum yang biasa ia alami. Sepekan demam tak kunjung membaik dan puncaknya demam tinggi membuat Muthia tak lagi mampu menahan tubunhya, membuatnya tumbang, tak sanggup bangkit untuk berdiri dan berjalan.
Pihak pondok tempat Muthia menimba ilmu segera membawanya ke RS PKU Muhammadiyah Solo. Selang beberapa waktu Muthia menjalani perawatan intensif di rumah sakit, selama itu pula ia merasa gelisah lantaran ia sulit untuk membuang air kecil. “Urin sudah di kantung kemih, tetapi tidak bisa dikeluarkan,” tutur Wiwik, sang Ibu yang mendampingi di rumah sakit.
Setelah beberapa hari belum juga mengalami perubahan, kedua orang tua Muthia bersepakat untuk memindahkan putrinya untuk menjalani perawatan di RSUD Purworejo. Hal ini dikarenakan jarak yang tidak jauh dari rumahnya dan biaya rawat inap yang tidak terlalu besar, selama menjalani perawatan Muthia melakukan secara umum, tidak menggunakan BPJS.

(Muthia Alami Gangguan Ginjal)
Beberapa hari menjalani perawatan intensif di rumah sakit, didapati hasil jika unsur elektrolit Muthia sangat buruk. “Kalium tinggi, ureum tinggi, yang mengarah kepada ginjal,” ujar Yasin, ayah Muthia. Kondisi yang terus menurun dan keterbatasan alat-alat medis di rumah sakit, mengharuskan Muthia dirujuk ke beberapa rumah sakit besar yang ada di Jawa Tengah.
RSUP dr. Sarjito Yogyakarta menjadi rujukan yang dipilih bagi Muthia dan keluarga, hal ini dikarena jarak yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya di Purworejo. Sebelum dirujuk ke RSUP dr. Sarjito Muthia manjalani tindakan cuci darah terlebih dahulu, dokter menyampaikan jika tindakan cuci darah tidak segera dilakukan, akan memeperparah kondisi ginjalnya.
Setelah serangkaian tindakan cuci darah dilakukan, Muthia mulai dirujuk ke RSUP dr. Sarjito. Beberapa hari menjalani pemeriksaan di rumah sakit, Muthia kembali menjalani cuci darah, hal ini dikarenakan urin yang belum dapat keluar dengan lancar, “untuk buang air kecil Muthia masih menggunakan selang kateter, yang sudah ia gunakan semenjak di rawat di RS PKU Muhammadiyah Solo,” sambung ayah Muthia.

(Pengobatan di Rumah Sakit membutuhkan Biaya yang Tidak Sedikit)
Dokter di rumah sakit menduga jika kondisi ginjal Muthia masih bermasalah, hal ini semakin diperkuat dengan urin yang dikeluarkan masih berwarna coklat kehitaman, hal ini harus dibuktikan dengan tindakan biopsi pada ginjal Muthia, untuk tindakan biopsi sendiri membutuhkan biaya yang tidaklah murah terlebih Muthia bukan anggota pasien BPJS. Tindakan sementara yang dilakukan di rumah sakit masih melalui cuci darah.
Setelah mencari penjamin ke rumah sakit, tindakan biopsi dapat segera dilakukan. Meski belum didapati masalah apa yang terjadi pada ginjal Muthia, karena masih menunggu hasil lab. Fungsi kerja ginjal Muthia mulai membaik, dimana mulai bisa memproduksi urin yang membuat tindakan cuci darah mulai dikurangi, bahkan ditunda, selain itu selang kateter sudah mulai dilepas.
Meski kondisi ginjal mulai membaik, akan tetapi Muthia belum bisa untuk berjalan. “Sampai saat ini kaki belum dapat digerakan, belum mampu untuk duduk, belum bisa berdiri apa lagi untuk jalan,” ungkap ayah Muthia. Hal ini membuat Muthia harus menjalani tindak pengecekan syaraf dan menjalani tindakan Elektromiografi (EMG), akan tetapi tindakan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Kedua orang tua Muthia memilih untuk memulangkan Muthia ke rumah, dan memilih untuk berobat jalan. Kondisi kaki yang belum dapat digerakan membuatnya hanya bisa terbaring di tempat tidurnya, gerakan yang bisa ia lakukan hanya sebatas miring ke kiri dan ke kanan, untuk sholat ia lakukannya dengan berbaring.
Penghasilan Ayah Muthia yang berprofesi sebagai pengajar/guru ngaji privat yang datang ke rumah-rumah, masjid, dan mushola belum mencukupi untuk membawa putrinya melanjutkan pengobatan di rumah sakit. Kedua orang tua begitu berharap agar putrinya dapat segera sembuh dan melanjutkan pendidikannya kembali di pondok pesantren.
Untuk mengurangi beban kedua orang tua Muthia, Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) mengajak kaum Muslimin bersedekah melalui Program Sedekah Kemanusiaan (SK) sehingga pengobatan Muthia dapat kembali berjalan. Semoga kita semua mendapat pahala berlimpah dari Allah SWT karena telah membantu sesama. Aamiin.
Nilai Sedekah yang Diperlukan :
Rp.62.000.000
Partner Lapang:
Agil
#BWA #InovasiWakaf #SK #SedekahKemanusiaan