Rohaeni Kebingungan untuk Biaya Makan dan Berobat
Rohaeni (64 tahun) saat ini sedang kebingungan untuk biaya makan sehari-hari dan juga berobat penyakit gula dan hipertensi yang diidapnya. Pasalnya, kedua anaknya yang menjadi andalan untuk menanggung biaya hidup warga Dusun 1 RT 1 RW 1, Desa Manislor, Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat tersebut juga sedang krisis keuangan sejak pandemi Covid-19 melanda.
Meminta lebih dari pemberian anak pertama yang ada di Tasikmalaya dan anak kedua yang ada di Jakarta rasanya juga tidak enak, karena wanita yang sudah menjanda enam tahun lalu tersebut juga paham kondisi ekonomi keduanya juga sedang terpuruk. Walhasil, Rohaeni yang seharusnya kontrol kesehatan dua sampai empat kali dalam sebulan tidak dilakukan.

(Rohaeni)
Anaknya yang ekonominya paling baik di antara keduanya adalah Siti Aisyah, yang tinggal di Tasikmalaya itu. Ia dan suaminya memiliki usaha pembuatan dan penjualan kue. Penghasilannya Rp7 juta-Rp8 juta per bulan.
Namun sejak wabah dari Wuhan-Cina melanda Indonesia, penghasilannya menurun drastis menjadi rata-rata Rp2 juta-Rp3 juta per bulan. Sedangkan dirinya mempunyai empat orang anak yang masih sekolah dan kuliah. Walhasil dia pun kebingungan untuk membantu biaya hidup sehari-hari dan berobat Rohaeni.
Keinginan Rohaeni di usia yang sekarang bisa sehat dan bisa beribadah dengan khusyuk. “Kalau diizinkan Allah, bisa pergi haji dan sedikitnya juga bisa bantu orang,” harapnya.
Untuk mengurangi beban Rohaeni, BWA mengajak kaum Muslim menyalurkan zakat harta melalui program Zakat Peer to Peer (ZPP) sehingga ia bisa berobat dan dan juga menutupi biaya makan sehari-hari untuk beberapa bulan ke depan. Selain itu, tentu saja kewajiban zakat para muzaki (penunai zakat) tertunaikan.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan para muzaki dengan balasan kebaikan yang berlipat ganda. Aamiin.[]
Nilai Zakat Harta yang Diperlukan:
Rp.18.600.000
Mitra Lapangan:
Ridzky Maulana
#BWA #InovasiWakaf #ZPP #ZakatPeertoPeer