Tangan Nyaris Putus, Sekarang Terlilit Hutang Rumah Sakit
Ardiansyah (21 tahun) tidak pernah membayangkan dirinya akan mengalami musibah seperti ini. Pergelangan tangan kanannya nyaris putus saat bekerja.
Peristiwa ini terjadi ketika Ardiansyah diminta untuk memangkas pohon di rumah salah seorang kawannya. Sebetulnya pekerjaan ini sudah biasa dilakukannya dan tidak pernah ada masalah.
Awalnya semua berjalan lancar. Ardiansyah memanjat pohon, kemudian menebang dahan serta ranting yang sudah tinggi dan rimbun dengan menggunakan golok. Namun entah mengapa ketika sudah setengah jam di atas pohon, tiba-tiba saja tubuhnya kehilangan keseimbangan. Ardiansyah terjatuh ke tanah. Pada saat bersamaan, golok yang digenggamnya terlepas dan melayang. Naas pun terjadi, golok itu jatuh menimpa tangan kanan Ardiansyah. Sisi golok yang tajam menghujam tangannya. Seketika darah bercucuran, tangan Ardiansyah nyaris putus.

(Ardiansyah, 21 tahun)
Waktu itu Ardiansyah segera dilarikan ke RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dan langsung mendapat perawatan darurat. Sekitar satu minggu warga Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur ini menjalani rawat inap.
Ardiansyah dirawat sebagai pasien umum, sehingga harus mengupayakan biaya pengobatan sendiri. Lalu persoalan pun terjadi. Ketika kondisinya membaik dan dokter mengizinkannya pulang, Ardiansyah masih tertahan di rumah sakit. Ia tidak diperbolehkan pergi sebelum melunasi seluruh biaya perawatan.
Ibu Ardiansyah, Sukarsih (57 tahun), kebingungan. Ia tidak punya tabungan untuk menebus biaya perawatan anaknya di rumah sakit. Sukarsih merupakan orang tua tunggal, suaminya telah lama meninggal. Ia seorang diri pontang-panting mencari pinjaman ke sana ke mari.

(Tangan Nyaris Putus)
Sukarsih sendiri tidak punya pekerjaan tetap. Selama ini untuk memenuhi kebutuhan hidup, ia bekerta tidak menentu, kadang memberikan jasa membantu para tetangga bila diperlukan. Begitu pula dengan putranya. Sehari-hari Ardiansyah bekerja serabutan. Sulit baginya melamar pekerjaan karena tidak punya ijazah, lantaran dulu putus sekolah. Beruntung keluarga ini mendapat keringanan, bisa tinggal di sebuah rumah petak tanpa dipungut bayaran.
Setelah susah payah, Sukarsih berhasil mendapatkan pinjaman. Ditambah dengan bantuan RT di lingkungan tempat tinggalnya, terkumpullah uang untuk melunasi biaya rumah sakit. Ardiansyah pun berhasil dibawa pulang.
Sukarsih lega dan senang anaknya sudah di rumah. Tapi persoalan baru muncul di depan mata. Tagihan-tagihan hutang sebentar lagi akan tiba. Dan ia tidak tahu bagaimana cara melunasinya.
Badan Wakaf Al Quran (BWA) tergerak membantu Ardiansyah dan Sukarsih dalam melunasi hutang-hutang dan meringankan beban hidup mereka. Melalui program sedekah Kemanusiaan, BWA mengajak para wakif bersama-sama membantu ibu dan anak ini.
Semoga Allah SWT membukakan pintu rezeki bagi keduanya. Dan semoga Allah SWT membalasi bantuan dari para wakif dengan balasan kebaikan berlipat ganda.
Sedekah yang Diperlukan:
Rp.21.750.000
Mitra Lapangan:
Wahyu
#BWA #InovasiWakaf #SK #SedekahKemanusiaan